MOS
(Masa
Orientasi Siswa)
Adalah
masa dimana siswa siswi baru diperkenalkan dengan lingkungan sekolah yang baru.
Mos juga berfungsi sebagai ajang perkenalan dan promosi organisasi serta ekstra
kurikuler sekolah. Mos berisi kegiatan pelatihan mental dan ajang pencarian
bibit-bibit berbakat yang dibungkus dalam berbagai macam games dan permainan.
Namun tak dapat dipungkiri mos juga terkenal sebagai ajang eksistensi siswa
siswi baru dengan berbagai latar belakang sekolah masing-masing dan ajang
perploncoan yang dilakukan panitia mos dengan dalih melatih mental dan
keberanian.
MASA
ORIENTASI SISWA
Hal-hal
tersebut juga pernah dialami Tania sewaktu baru pertama kali menginjakkan kaki
di MA swasta di jepara. Bahkan jelas sekali terlihat adanya sistem kasta yang
secara mendadak muncul yaitu kasta atas dan kasta bawah. Kasta atas berisikan
anak-anak baru dari MTs yang seyayasan dengan MA ini yang artinya mereka lebih
tahu, lebih mengenal, lebih senior dan merasa lebih berkuasa di lingkungan ini
dibandingkan anak-anak baru dari kasta asing. Sedangkan kasta bawah berisikan
anak-anak baru diluar lulusan MTs yang benar-benar asing di lingkungan baru ini
sehingga cenderung kurang percaya diri. Tania masuk ke dalam kasta bawah dimana
ia benar-benar sendiri tanpa mengenal siapa pun, itu karena ia merupakan
satu-satunya siswa yang melanjutkan sekolah menengah ke atas di MA ini dari
sekolah asalnya terlebih dia bukan berasal dari daerah ini. Meski anak-anak
baru dari kasta bawah berlagak sok dengan gaya agak semena-mena, namun tania
bukanlah sosok yang minder dengan hal ini dan memilih untuk tak peduli dengan
itu. Ia justru ingin menunjukkan bahwa Tania berhak untuk diakui disini, bukan
hanya Tania melainkan anak-anak dari kasta bawah yang lainnya. Ejekan, cacian
beserta sindiran tak menyurutkan nyalinya untuk terus eksis dalam kegiatan mos
ini. Bukan tanpa tujuan Tania tetap bertahan dengan ejekan mereka karena
baginya mos merupakan pintu utama yang mengarahkannya pada berbagai kesempatan
berprestasi dan menggali pengalaman berorganisasi lebih dalam lagi.
Usaha
tania tak sisa-sia meski banyak juga kakak-kakak panitia yang mencibir bahwa
Tania ini cerewet dan banyak protes. Toh nyatanya Tania diterima sebagai
anggota Osis yang merupakan organisasi tertinggi di sekolah ini, ini memberikan
gengsi tersendiri karena dari sekian ratus siswa yang mendaftarkan diri hanya 15
siswa baru yang akan diterima masuk ke anggota osis sekaligus bukti bahwa ia
bukanlah siswi baru yang cerewet dan pandai protes. Mos telah berlalu kini
pembagian kelas sudah diumumkan. Aku masuk dalam kelas X.3 dimana separuh lebih
siswa siswinya merupakan anggota kasta lama. Aku sesak napas. Pasrah.hah. Mulai
khawatir dan ciut nyali. Sehari setelahnya osis meminta siswa-siswi baru kelas
sepuluh untuk segera membuat organisasi kelas. Saat proses pembuatan organisasi
kelas tania mencoba berpartisipasi dengan mengusulkan agar ketua kelas terpilih
merupakan siswa yang memiliki riwayat sebagai pengurus kelas disekolah
sebelumnya. Namun seketika anak-anak sok senior itu menentangnya serentak
sambil berkata dengan nada tinggi “ ya udah, kenapa nggak elo aja yang jadi
ketua kelas?”
“tapi
wong sipil gak bakal mau nurut sama elo!” timpal yang lain
“Iddih,
sok banget sih lo!” sahut yang lainnya lagi.
Tania
terdiam. ditekan emosinya dalam. ejekan bahkan terus membuncah setelah
pembentukan organisasi kelas selesai, sudah dapat ditebak siapa saja yang
menjadi pejabatnya, tentu saja anggota kasta ataslah yang mengisi
jabatan-jabatan kelas itu. Sebenarnya bukan masalah bagi Tania jika bukan ia
yang terpilih sebagai pejabat dikelasnya, ia hanya kurang setuju dengan proses
pemilihan pengurus organisasi kelas yang kurang kompeten dan penuh dengan sikap
diskriminatif apalagi mengharap keadilan,”alahhh…. Mustahil”, gerutunya dalam
hati. Beberapa hari berlalu seusai hari pembentukan organisasi kelas itu. Bukan
berarti pula cacian,cibiran dan sindiran semakin hilang. Itu harapan yang
sia-sia karena kenyataannya semakin hari ia harus terus menekan amarah dalam
tarikan nafas panjang dihidungnya hingga seorang siswi berkulit sawo matang
mendekatiku dengan nada tinggi sambil berkata “ehh, ngapain kamu duduk dibangku
terdepan heh?anak mana sih lo?lo yang kemaren waktu mos protes terus kan?bosen
gue denger protesan lo!”. Tania sejenak diam namun gigi gerahamnya mulai saling
menekan seolah member rambu akan segera memangsa apa saja mahluk nyata
didepannya. Benar saja, saraf refleknya mulai bekerja, ia berdiri sambil
menggebrak keras meja didepannya sambil mencondongkan wajahnya ke wajah
terkejut si sawo matang sambil tangan kanannya memegang kerudung yang menjuntai
dibawah dagunya “Masalah buat lo?!!”. Dia tersentak diam. Hening sejenak. Tania
melepas dengan wajah gemas dan berlalu
dengan diikuti beberapa orang yang mengejarnya tiba-tiba. Tapi Tania
malah berlari. Itu karena sebenarnya karena ia sudah tidak mampu menahan pipis
yang ditahannya dari tadi. Nggak lucu banget kalau anak-anak yang mengejarnya
tadi berbondong-bondong ikut ke kamar mandi.
Sampah
perut sudah terbuang.huh lega. Ia bergegas masuk kelas. Aneh. Suasana yang
awalnya ramai oleh tawa dan cengkerama sejenak hening seketika Tania
menanggalkan dirinya.
Heran.
Ia tak peduli dan tetap melangkah menuju bangkuku sambil dilihatnya beberapa
orang mengacungkan jempol. Bahkan seseorang dari belakang memberinya secarik
kertas bertuliskan “mbak, kamu keren. Kami tersentak kamu berani melawan
anak-anak sombong itu”.
Heran.
Jadi kalian juga sebenarnya gak suka sama geng itu?batinku tertawa kecil.
Waktu
terus berkelakar maju. Semakin hari kelas semakin riuh dengan tawa, cengkerama,
teriakan, bahkan perdebatan semakin sengit dan seru. Namun yang berbeda adalah
kali ini mereka lebih saling mengenal satu sama lain termasuk aku. Kami jadi
saling mengerti dan paham dengan latar belakang masing-masing. Dan aku meski
bukan ketua kelas ataupun pejabat kelas namun teman-teman seringkali memintaku
maju mewakili kelas ketika ada rapat, lomba dan amanat lainnya. Aku senang
karena apa yang aku inginkan tercapai yaitu untuk diakui dan membuktikan bahwa
berbeda itu tak ada salahnya. Kini aku menjabat sebagai wakil ketua osis,
sekretaris kelas, ketua passus, ketua jurusan IPA juga wakil ketua teater
“sahabat karya”. Semakin banyak yang mengenalku meski tak dipungkiri haters
disana sini ancap kali santer terdengar di kanan kiri telinga ini tapi aku tak
ciut nyali karena aku tahu banyak juga yang mengakui karena aku mengerti harga
dan arti dari sebuah eksistensi terpuji.
0 Response to "Masa Orientasi Siswa"
Posting Komentar